Kegagalan Revolusi Mental Spalletti

photo by asroma.com
Luciano Spalletti baru baru ini telah mengungkapkan dirinya bahwa jika tak mampu membawa AS Roma juara, dirinya lebih memilih untuk mengundurkan diri sebagai juru taktik AS Roma. Dirinya merasa bertanggung jawab dan pantas dikritk jika AS Roma tak mampu mencapai targetnya musim ini dengna membawa tropi minimal tropi piala/cup. Hal ini semakin diperparah dengan kekalahan yang didapat ketika kalah memalukan dengan rival abadi Lazio 2-0 saat bertemu di semi final Coppa Italia, dan hal ini secara teknis akan sangat sulit bagi AS Roma menggapai target yang diusung sejak musim panas lalu. Hal ini menjadikan Simone Inzaghi menerapkan skema serangan balik dan lebih memilih untuk menunggu celah permain AS Roma sendiri. Arahan sang allenatore berhasil bekerja ketika goal datang dari Immobile dan Sergej Milinkovic untuk dapat membawa Lazio bertemu dengan Juventus di Final Coppa Italia setelah mengalahkan Napoli sehari setelah kekalahan AS Roma. Tidak ada yang memprediksi bahwa Lazio akan mencapai final dan mampu berada di posisi ke 4 klasemen sementara. Beberapa romanisti berfikir bahwa Lazio sangat kecil peluangnya untuk lolos dan mengalahkan Roma.

Spalletti nampaknya memang benar, dengan pemain berkualitas seperti itu, setiap kali mereka mendapatkan perandingan penting, mereka seolah kehilangan identitas mereka. Edin Dzeko, yang sudah mengemas 33 goals musim ini dan telah mencetak rekor baru AS Roma selama semusim, tetepi jika ditilik lebih detail, berapa jumlah gol yang dilesakkan ketika mereka dihadapi pada pertandingan yang sangat penting?Dan dengan Mohamed Salah yang menjadi pemain yang terlihat nampak frustasi, meskipun memiliki skill yang mumpuni, namun banyak sekali kesalahan yang dilakukan sang pemain dengan beberapa kali melakukan kesalahan yang tidak perlu dan sering sekali membuang kesempatan emasnya, meskipun sebenarnya skillnya tak kalah top dengan pemain berkualitas lainnya. Mungkin saja ini hanya sebuah spekulasi transfer, tetapi apapun permasalahan yang terjadi Kostas Manolas adalah tembok terpenting AS Roma musim ini.

Ada semacam ketidaksinambungan antara Roma dan Spaletti. Banyak mengatakan bahwa skuad ini sudah cukup mampu berkompetisi untuk liga champions. Akan tetapi hanya bertemu dengan Porto saja, mereka tak mampu menembus babak kualifikasi setelah kalah telak di kandang sendiri. Dengan hal ini membuktikan bahwa skuad yang diasuh Spalletti belum cukup kuat melawan Klub sekelas Porto. Hal ini diperkuat dengan kekalahan selanjutnya setelah turun kasta mengikuti Liga Europa, kalah di fase knockout dari Lyon membuat Roma nampak masih jauh dari harapan ketika level Lyon juga tak mampu dilewatinya. Meskipun Roma memiliki efektifitas dalam mengoleksi goal, namun hal ini berbanding lurus dengan jumlah gol yang diderita Roma dalam satu pertandingan. Melawan Lazio adalah puncaknya, ketika lini serang yang mati dan pertahanan yang sangat buruk membuat Roma kembali bermimpi untuk mendapatkan bintang silver pertamanya musim ini.

Roma telah memiliki sakit kambuhan dimana antusiasme dan optimisme yang datang pada skuad Roma selalu jatuh di lubang yang sama ketika mereka mendapat tekanan dari berbagai pihak. Spalletti mencoba untuk merubah mental para pemain menjadi pemain bermental pemenang, akan tetapi masih penyakit inilah yang selama ini masih menghantui Roma dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Mampu bermain impresif pada beberapa laga, tapi tampil buruk pada pertandingan - pertandingan penting, dan berpengaruh pada performa sang pemain setelah mengalami kekalahan. Isu inilah yang harus menjadi project yang harus diseleseikan musim depan jika ingin menatap menjadi klub berpredikat kandidat juara.
0 Komentar untuk "Kegagalan Revolusi Mental Spalletti "
Back To Top